Ranu Kumbolo |
Malam segera datang dan aku masih belum bertemu dengan mu,
bukan karena lelah ragaku yang aku khawatirkan, melainkan rindu yang tak pernah
kompromi untuk menggangu angan dalam otakku. Aku berhenti di depan jalan tanah
padat dengan kemiringan yang cukup terjal. Kuhirup nafas dalam-dalam, dan
kuhempaskan melalui mulutku, seperti orang yang telah tahu akhir dari semua
perjalanan. Malam semakin larut dan kabut menjadi teman perjalanan, pandangan
ke depan tidak jauh beda seperti melihat sebuah tembok putih kokoh yang menghadang.